Tafsir Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 8 - 13 | Sifat Orang-orang Munafik
Orang-orang munafiq itu bisa disebut sebagai orang-orang yang bermuka dua, atau dalam Istilah penulis sebagai orang yang “tajam muka belakang”. Meraka orang-orang yang suka berdusta untuk mencari keuntungan sendiri. Untuk lebih jelas tentang sifat-sifat orang munafik ini, berikut penjelasannya dalam tafsir al-Quran surat al-Baqarah ayat 8-13.
Baca juga: Tafsir Surat Al-Baqrah Ayat 6-7
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 8
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَمَا هُم بِمُؤۡمِنِينَ
Artinya: Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Pada ayat ini diterangkan golongan yang ketiga yaitu golongan munafik, golongan yang mengaku bahwa mereka beriman, tetapi sebenarnya tidak beriman. Pengakuan mereka tidaklah benar. Mereka mengakui demikian itu untuk mengelabui mata dan mempermainkan orang Islam.
Sewaktu Rasul saw hijrah dari Mekah ke Medinah, banyak penduduk Medinah masuk Islam dari kabilah 'Aus dan Khazraj dan beberapa orang Yahudi. Pada mulanya masih belum tampak golongan ini. Tetapi sesudah perang Badar tahun kedua Hijri, yang membawa kemenangan bagi kaum Muslimin, mulailah timbul golongan munafik ini.
Abdullah bin Ubay, seorang pemimpin di Medinah dari kabilah Khazraj, anak dari seorang yang pernah menjadi pemimpin suku Aus dan Khazraj, oleh pengikut-pengikutnya dijadikan calon raja di Medinah. Dia berkata kepada pengikut-pengikutnya, "Situasi sekarang jelas menunjukkan kemenangan bagi Muhammad". Kemudian Abdullah bin Ubay dan pengikut-pengikutnya menyatakan masuk Islam tetapi hati mereka tetap membenci. Tujuan mereka hendak menghancurkan kaum Muslimin dari dalam, dengan berbagai macam usaha dan tipu daya. Di antara mereka banyak pula orang Yahudi.
Sabda Nabi saw:
Perumpamaan orang munafik seperti seekor anak kambing (yang bingung dan ragu) di antara dua kambing, bolak-balik, kadang-kadang mengikuti yang satu ini, kadang-kadang mengikuti yang lainnya. (Riwayat Muslim dari Ibnu Umar)
Mereka bukan termasuk orang-orang yang beriman yang benar dan yang merasakan keagungan Allah swt, mereka tidak pula menyadari bahwa Allah sebenarnya mengetahui perbuatan mereka lahir dan batin. Sekiranya mereka beriman dengan iman yang benar, tentulah mereka tidak melakukan perbuatan yang menyakitkan hati Nabi saw dan kaum Muslimin. Mereka melakukan ibadah salat dan puasa, hanya untuk mengelabui mata umum, sedang hati dan jiwa mereka sesungguhnya tidak menghayati ibadah-ibadah tersebut.
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 9
يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَمَا يَخۡدَعُونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمۡ وَمَا يَشۡعُرُونَ
Artinya: Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.
Orang munafik itu menipu Allah, dengan cara menipu Rasul-Nya yaitu Muhammad saw. Menipu Allah, Rasul-Nya dan orang mukmin ialah dengan memperlihatkan iman, kasih sayang dan menyembunyikan permusuhan dalam batin. Mereka bergaul dengan kaum Muslimin, untuk memata-matai mereka dan kemudian menyampaikannya kepada musuh-musuh Islam. Mereka menyebarkan permusuhan dan fitnah, untuk melemahkan barisan kaum Muslimin. Usaha kaum munafik itu gagal dan sia-sia. Hati mereka bertambah susah, sedih dan dengki, sehingga pertimbangan-pertimbangan yang benar dan jujur untuk menilai kebenaran semakin lenyap dari mereka. Mereka sejatinya bukanlah menipu Allah, Rasul-Nya dan para mukminin, tetapi mereka menipu diri mereka sendiri. Akibatnya, perbuatan mereka itu akan menimpa diri mereka sendiri, hanya saja mereka tidak menyadarinya. Kesadaran merupakan daya jiwa untuk menanggapi sesuatu yang tersembunyi, yang tersirat dari yang nyata atau yang tidak nyata.
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 10
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضٗاۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمُۢ بِمَا كَانُواْ يَكۡذِبُونَ
Artinya: Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.
Pada ayat ini diterangkan keburukan dusta atau sikap berpura-pura dan akibat-akibatnya. Dendam, iri hati dan ragu-ragu termasuk penyakit jiwa. Penyakit ini akan bertambah parah, bilamana disertai dengan perbuatan nyata. Misalnya rasa sedih pada seseorang akan bertambah dalam, apabila disertainya dengan perbuatan nyata, seperti menangis, meronta-ronta dan sebagainya. Penyakit-penyakit dengki demikian itu terdapat dalam jiwa orang-orang munafik. Oleh karena itu mereka memusuhi Allah dan Rasul-Nya, menipu dengan sikap pura-pura dan berusaha mencelakakan Rasul dan umatnya. Kemudian penyakit itu bertambah-tambah setelah melihat kemenangan-kemenangan Rasul. Setiap kali Rasul memperoleh kemenangan, bertambah pulalah penyakit mereka. Terutama sekali penyakit bimbang dan ragu-ragu, menimbulkan ketegangan jiwa yang sangat pada orang-orang munafik. Akal pikiran mereka bertambah lemah untuk menanggapi kebenaran agama dan memahaminya, bahkan pancaindra mereka tidak mampu menangkap obyek dengan benar, seperti yang diungkapkan Allah dengan firman-Nya:
"Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata, (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga, (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah" (al-A'raf/7: 179)
Bukti-bukti telah nyata, cahaya kebenaran yang terang benderang juga jelas bagi mereka, namun mereka enggan menerimanya, bahkan mereka tambah erat berpegang kepada pendiriannya yang lama. Cahaya terang menjadi gelap di mata mereka dan menjadi penyakit di hati mereka. Hati mereka bertambah susah disebabkan lenyapnya kepemimpinan mereka. Iri dan dengki tambah mendalam karena menyaksikan kukuhnya Islam dari hari ke hari. Akibat pendustaan mereka, yaitu mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir dan tipu daya mereka terhadap Allah, mereka akan menderita azab yang pedih.
Dalam ayat ini dan ayat-ayat berikutnya, Allah menerangkan sebagian dari sifat-sifat orang munafik yang melakukan tindakan-tindakan yang merusak, antara lain membantu orang-orang kafir (musuh-musuh Islam) dengan membukakan rahasia kaum Muslimin, mendorong orang-orang kafir segera menghancurkan kaum Muslimin, mengadakan perjanjian kerja sama dengan lawan-lawan Islam, menimbulkan pertentangan-pertentangan dalam masyarakat, menghasut orang-orang Islam agar meninggalkan Nabi saw dan lain sebagainya. Firman Allah:
Dan apabila dia berpaling (dari engkau), dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi, serta merusak tanam-tanaman dan ternak, sedang Allah tidak menyukai kerusakan. (al-Baqarah/2: 205)
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 11
وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ لَا تُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ قَالُوٓاْ إِنَّمَا نَحۡنُ مُصۡلِحُونَ
Artinya: Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan".
Bila mereka dinasihati agar meninggalkan perbuatan yang menimbulkan kerusakan di bumi, mereka selalu membuat dalih dan alasan dengan mengatakan bahwa mereka sebenarnya berusaha mengadakan perbaikan. Mereka bahkan menganggap apa yang mereka kerjakan sebagai usaha untuk kebaikan orang-orang Islam dan untuk menciptakan perdamaian antara kaum Muslimin dengan golongan lainnya. Mereka mengatakan bahwa tindakan-tindakan mereka yang merusak itu sebagai suatu usaha perbaikan untuk menipu kaum Muslimin.
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 12
أَلَآ إِنَّهُمۡ هُمُ ٱلۡمُفۡسِدُونَ وَلَٰكِن لَّا يَشۡعُرُونَ
Artinya: Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.
Pada ayat ini Allah membantah pernyataan orang munafik bahwa mereka mengadakan perbaikan, tetapi mereka betul-betul membuat kerusakan di bumi. Sebenarnya mereka adalah kaum perusak, tetapi mereka tidak menyadari kerusakan yang telah mereka lakukan karena setan membuat mereka memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 13
وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ ءَامِنُواْ كَمَآ ءَامَنَ ٱلنَّاسُ قَالُوٓاْ أَنُؤۡمِنُ كَمَآ ءَامَنَ ٱلسُّفَهَآءُۗ أَلَآ إِنَّهُمۡ هُمُ ٱلسُّفَهَآءُ وَلَٰكِن لَّا يَعۡلَمُونَ
Artinya: Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman". Mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.
Ayat ini melanjutkan keterangan sifat dan sikap orang munafik pada ayat yang dahulu. Kaum munafik itu bila diajak beriman, melaksanakan amar makruf, dan nahi mungkar, mereka menolak dengan alasan bahwa orang-orang yang beriman itu orang-orang yang lemah akalnya, padahal kenyataannya tidak demikian.
Orang-orang munafik memandang orang-orang yang beriman itu bodoh dan lemah akal, seperti terhadap orang Muhajirin yang meninggalkan keluarga dan kampung halaman, bahkan mereka bermusuhan terhadap keluarga-keluarga mereka sendiri dan hamba sahaya seperti Suhaib, Bilal, dan Khabbab. Orang-orang Ansar dipandang mereka juga bodoh karena mereka membagikan harta dan kekayaan mereka kepada orang muhajirin.
Allah menandaskan bahwa merekalah sebenarnya orang-orang yang lemah akalnya, karena mereka tidak menggunakan akal untuk menanggapi kebenaran dan mereka terpengaruh oleh kedudukan mereka dalam kaumnya. Mereka tidak mengetahui iman dan hakikatnya, karenanya mereka tidak mengetahui pula apakah orang-orang mukmin itu bodoh-bodoh atau pintar-pintar. Iman itu tidak akan sempurna diperoleh kecuali dengan ilmu yang yakin. Demikian pula kebahagiaan dunia dan akhirat sebagai tujuan dari iman itu tidaklah dapat dimengerti kecuali oleh orang yang mengetahui hakikat iman. (Tafsir Kemenag)
Untuk lebih lengkapnya tentang sifat orang-orang munafik dalam al-Quran, silahkan baca postingan selanjutnya yaitu Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 14-20
Posting Komentar untuk "Tafsir Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 8 - 13 | Sifat Orang-orang Munafik"