Faktor-faktor Penyebab Kemunduran Kesultanan Turki Utsmaniyah (Ottoman)
Pertempuran ini terjadi di Selat Liponto (Yunani). Dalam pertempuran ini Turki Usmanimengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat direbut oleh musuh. Baru pada masa Sultan berikutnya, Sultan Murad III, pada tahun 1575 M Tunisia dapat direbut kembali.
Pada masa Sultan Murad III (1574-1595 M) kerajaan Usmani pernah berhasil menyerbu Kaukasus dan menguasai Tiflis di Laut Hitam (1577 M), merampas kembali Tibris, ibukota Kerajaan Safawi, menundukkan Georgia, mencampuri urusan dalam negeri Polandia, dan mengalahkan gubernur Bosnia pada tahun 1593 M.
Namun, karena kehidupan moral Sultan yang tidak baik menyebabkan timbulnya kekacauan dalam negeri. Apalagi ketika pemerintahan dipegang oleh para sultan yang lemah seperti Sultan Muhammad III (1595-1603 M). Dalam situasi yang kurang baik itu, Austria berhasil memukul kerajaan Usmani.
Sesudah Sultan Ahmad I (1603-1617 M) situasi semakin memburuk dengan naiknya Mustafa I (1617-1623 M). Karena gejolak politik dalam negeri tidak dapat diatasinya, Syaikh Al-Islam, mengeluarkan fatwa agar ia turun dari tahta dan diganti oleh Usman II (1618-1622 M)
Pada masa Sultan Ibrahim (1640-1648 M) berkuasa, orang-orang Vinetia melakukan peperangan laut melawan dan mengusir orang Turki Usmani dari Cyprus dan Creta tahun 1645 M. Pada tahun 1699 M terjadi Perjanjian Karlowith yang memaksa Sultan untuk menyerahkan seluruh Hongaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada Hapsbrug. Dan Hamenietz, Podolia, Ukrania, Morea dan sebagian Dalmatia kepada orang-orang Vinetia.
Pada tahun 1770 M, tentara Rusia mengalahkan armada kerajaan Usmani disepanjang pantai Asia Kecil. Akan tetapi, tentara Rusia ini dapat dikalahkan kembali oleh Sultan Mustafa III (1757-1774 M) yang segera mengkonsolidasi kekuatannya.
Pengganti Sultan Mustafa III adalah Sultan Abdul Hamid (1774-1789 M) seorang Sultan yang lemah. Pada masa Sultan Hamid mengadakan perjanjian dengan Catherine II dari Rusia yang diberi nama Perjanjian Kinarja di Kutcuk Kinarja. Isi perjanjian itu antara lain : (1) Kerajaan Usmani harus menyerahkan benteng-benteng yang berada dilaut Hitam kepada Rusia dan memberi izin kepada Armada Rusia untuk melintasi selat yang menghubungkan Laut Hitam dengan laut putih, dan (2) Kerajaan Usmani mengakui kemerdekaan Kirman (Crimea).
Demikianlah proses kemunduran yang terjadi dikerajaan Usmani pada akhir-akhir keberadaan Dinasti Turki Usmani. Akhirnya satu persatu negeri-negeri di Eropa yang pernah dikuasai kerajaan ini memerdekakan diri. Bahkan beberapa daerah di Timur Tengah mencoba bangkit memberontak. Di Mesir Dinasti Mamalik akhirnya melepaskan diri dibawah Ali Bey tahun 1770 M. Di Lebanon dan Syiria, fakhruddin seorang pemimpin Druze, berhasil menguasai Palestina, dan pada tahun 1610 M merampas Ba’albak dan mengancam Damaskus. Di Persia kerajaan Syafawi juga mengadakan perlawanan terhadap Usmani. Dan Arabia juga bangkir melepaskan diri dari Usmani dengan aliansi antara Muhammad bin Abdul Wahab dengan penguasa lokal Ibnu Sa’ud pada awal paruh kedua abad ke-18 M.
Dengan demikian, pemberontakan-pemberontakan yang terjadi dikerajaan Usmani ketika ia sedang mengalami kkemunduran, bukan hanya terjadi di daerah-daerah yang tidak beragama Islam seperti diwilayah Eropa Timur, tetapi juga terjadi di daerah-daerah yang berpenduduk muslim.
Gerakan-gerakan sparatisme terus berlanjut hingga pada abad ke 19 dan 20. Ditambah dengan munculnya gerakan modernisasi politik dipusat pemerintahan, kerajaan Usmani akhirnya berakhir dengan berdirinya Republik Turki pada tahun 1924 M, dan mengangkat Mustafa Kamal Ataturk sebagai presiden pertama di Republik Turki. Dalam percaturan politik selanjutnya Turki tidak begitu memiliki pengaruh yang dominan bahkan orang Eropa menyebutnya The sick man of the Europa (si sakit yang ada di Eropa).
Menurut Dr. Badri Yatim, M.A. bahwa faktor-faktor yang menyebabkan kerajaan Turki Usmani mengalami kemunduran adalah sebagai berikut :
Wilayah kekuasaan yang sangat luas
Administrasi pemerintahan bagi suatu negara yang sangat luas wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara administrasi pemerintahan kerajaan Usmani tidak beres. Dipihak lain, para penguasa sangat berambisi menguasai wilayah yang sangat luas, sehingga mereka terlibat perang terus-menerus dengan berbagai bangsa.
Heteroginitas penduduk
Sebagai kerajaan besar, Turki Usmani menguasai wilayah yang sangat luas, mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Syiria, Hijaz, dan Yaman di asia. Mesir, Libia, Tunis, dan Aljazair di Afrika. Bulgaria, Yunani Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di eropa. Wilayah yang luas itu didiami oleh penduduk yang beragam, baik dari segi agama, ras, etnis, maupun adat istiadat. Untuk mengatur penduduk yang beragam dan tersebar di wilayah yang luas itu diperlukan suatu organisasi pemerintahan yang teratur.
Kelemahan para penguasa
Sepeninggal Sulaiman Al-Qanuni, kerajaan Usmani diperintah oleh sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian terutama dalam kepemimpinannya. Akibatnya pemerinahan menjadi kacau. Kekacauan itu tidak pernah dapat diatasi secara sempurna bahkan semakin lama semakin parah.
Budaya korupsi
Korupsi merupaka perbuatan yang siudah umum terjadi dalam kerajaan Usmani. Setiap jabatan yang hendak diraih oleh seseorang harus “dibayar” dengan sogokan kepada yang berhak memberikan jabatan tersbut. Budaya korupsi ini mengakibatkan dekadensi moral kian merajalela yang membuat pemerintah semakin rapuh.
Pemberontakan tentara Yenisseri
Kemajuan ekspansi kerajaan Usmani banyak ditentukan oleh kuatnya tentara Yenisseri. Denan demikia, dapat dibayangkan bagaimana kalau tentara ini memberontak. Pemberontakan tentara Yenisseri terjadi sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M, dan 1826 M.
Merosotnya perekonomian
Akibat perang yang tidak pernah berhenti, perekonomian negara merosot. Pendapatan berkurang, sementara belanja negara sangat besar, termasuk untuk biaya perang.
Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi
Kerjaan Usmani kurang berhasil dalam pengembangan ilmu dan teknologi, karena hanya mengutamakan pengembangan kekuatan militer. Kemajuan militer yang tidak diimbangi oleh kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan ini tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.
Karena faktor-faktor tersebut, Turki Usmani menjadi lemah dan kemudian mengalami kemunduran dalam berbagai bidang. Pada periode selanjutnya dimasa modern, kelemahan kerajaan Usmani ini menyebabkan kekuatan Eropa tanpa segan-segan menjajah dan menduduki daerah-daerah muslim yang dulunya berada dibawah kekuasaan kerajaan Usmani, terutama di timur tengah dan Afrika Utara. (Samsul Munir Amin, 2009)
Posting Komentar untuk "Faktor-faktor Penyebab Kemunduran Kesultanan Turki Utsmaniyah (Ottoman)"