Kemajuan Peradaban Islam di Turki Pada Masa Kesultanan Utsmaniyah
Bidang Pemerintahan dan Militer
Para pemimpin kerajaan Usmani pada masa-masa pertama adalah orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Meskipun demikian, kemajuan kerajaan Usmani sehingga mencapai masa keemasannya itu, bukan semata-mata karena keunggulan politik para pemimpinnya. Masih banyak faktor lain yang mendukung keberhasilan ekspansi itu. Yang terpenting diantaranya adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan dimana saja. (Badri Yatim: 1993)
Kekuatan militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan baik dan teratur ketika terjadi kontak senjata dengan Eropa. Pengorganisasian yang baik dan strategi tempur militer Usmani berlagsung dengan baik. Pembaruan dengan tubuh organisasi militer oleh Orkhan sangat berarti bagi pembaruan militer Turki. Bangsa-bangsa non-Turki dimasukkan sebagai anggota, bahkan anak-anakKristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit.
Program ini ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang disebut Yenisseri atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah kerajaan Turki Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukan negeri-negeri non-muslim di timur yang berhasil dengan sukses.
Disamping Yenisseri, ada lagi prajurit dari tentara kaum feodal yang dikirim kepada pemerintah pusat. Pasukan ini disebut tentara atau kelompok militer Thaujiah. Angkatan laut pun dibenahi, karena ia memiliki peranan yang besar dalam perjalanan ekspansi Turki Usmani. Pada abad ke-16 angkatan laut Turki Usmani mencapai puncak kejayaannya. Kekuatan militer Turki Usmani yang tangguh itu dengan cepat menguasai wilayah yang sangat luas, baik di Asia, Afrika, maupun Eropa. Faktor utama yang mendorong kemajuan dilapangan militer ini adalah tabiat bangsa Turki itu sendiri yang bersifat militer, disiplin, dan patuh terhadap peraturan. Tabiat ini merupakan tabiat alami yang mereka warisi dari nenek moyangnya di Asia Tengah.
Keberhasilan ekspansi tersebut dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola pemerintahan yang luas, sultan-sultan Turki Usmani senantiasa bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh Shadr Al-A’zham (perdana menteri) yang membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat I. Dibawahnya terdapat beberapa orang Az-Zanaziq atau Al-Alawiyah (bupati).
Unruk mengatur urusan pemerintahan negara, dimasa Sultan Sulaiman I disusun sebuah kitab Undang-Undang (qanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa Al-Abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19. Karena jasa Sultan Sulaiman I yang amat berharga ini, diujung namanya ditambah gelar Sultan Sulaiman Al-Qanuni.
Kemajuan dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan itu membawa Dinasti Turki Usmani mampu membawa Turki Usmani menjadi sebuah negara yang cukup disegani pada masa kejayaannya.
Bidang Ilmu Pengetahuan
Peradaban Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam peradaban, diantaranya adalah peradaban Persia, Bizantium dan Arab. Dari peradaban Persia, mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak mereka serap dari Bizantium. Sedangkan ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial kemasyarakatan dan keilmuan mereka terima dari orang-orang Turki Usmani yang dikenal sebagai bangsa yang senang dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan dari luar. (Samsul Munir Amin: 2009)
Hal ini mungkin karena mereka masih miskin dengan kebudayaan. Bagaimanapun, sebelumnya mereka adalah orang normal yang hidup didataran Asia Tengah. (Badri Yatim: 1993)
Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Usmani lebih banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran, sementara dalam bidang ilmu pengetahuan mereka tampak tidak begitu menonjol. Karena itulah dalam khazanah intelektual Islam kita tidak menemukan ilmuwaan terkemuka dari Turki Usmani. (Samsul Munir Amin: 2009)
Kemandegan ilmu pengetahuan dan teknologi kerajaan Usmani ada kaitannya dengan perkembangan metode berpikir yang kolot dan tradisional, dikalangan ulama mereka cenderung menutup diri dari pengaruh kemajuan Eropa dan ini juga diakibatkan dengan menurunnya semangat berpikir bebas akibat pemahaman tasawuf.
Demikianlah keadaan IPTEK Turki Usmani, pada akhirnya Turki Usmani runtuh karena banyak diserang oleh Eropa yang didukung dengan kecanggihan yang terus-menerus berkembang ditengah-tengah mereka. (Dedi Supriyadi: 255)
Bidang Budaya
Dinasti Usmani di Turki, telah membawa peradaban Islam menjadi peradaban yang cukup maju pada zaman kemajuannya. Dalam bidang kebudayaan Turki Usmani banyak muncul tokoh-tokoh penting seperti yang terlihat pada abad ke-16, 17 dan 18.
Antara lain pada abad ke-17, muncul penyair yang terkenal yaitu Nafi’ (1582-1636). Nafi’ bekerja untuk Murad Pasya dengan menghasilkan karya-karya sastra Kaside yang mendapat tempat dihati para sultan.
Diantara penulis yang membawa pengaruh Persi kedalam istana Usmani adalah Yusuf Nabi (1642-1712 M), ia muncul sebagai juru tulis bagi Mushanif Mustafa, salah seorang menteri Persia dan ilmu-ilmu agama. Yusuf Nabi menunjukkan pengetahuannya yang luar biasa dalam puisinya. Menyentuh hampir semua persoalan agama, filsafat, roman, cinta, anggur, mistisme. Ia juga membahas biografi, sejarah, bentuk prosa, geografi, dan rekaman perjalanan.
Dalam bidang sastra prosa kerajaan Usmani meahirkan dua tokoh terkemuka, yaitu Katip Celebi dan Evia Celebi. Yang terbesar dari semua penulis adalah Mustafa bin Abdullah, yang dikenal dengan Katip Celebi atau haji Halife (1609-1657 M). Ia menulis buku bergambar dalam karya terbesarnya Kasyf Az-Zunun fi Asmai Al-Kutub wa Al-Funun, sebuah presentasi biografi penulis-penulis penting didunia timur bersama daftar dan deskripsi lebih dari 1.500 buku yang berbahasa Turki, Persia, dan Arab, ia pun menulis buku-buku yang lain.
Salah seorang penyair diwan yang paling terkenal adalah Muhammad Esat Efendi yang dikenal dengan Galip Dede atau syah Galip (1757-1799 M). Adapun dibidang pengembangan seni arsitektur Islam, pengaruh Turki sangat dominan, misalnya bangunan-bangunan masjid yang indah, seperti Masjid Al-Muhammadi atau Masjid Sultan Muhammad Al-Fatih, masjid Agung Sultan Sulaiman, dan Masjid Aya Sophia yang berasal dari sebuah gereja.
Pada masa Sultan Sulaiman, dikota-kota besar dan kota-kota lainnya banyak dibangun masjid, sekolah, rumah sakit, gedung, jembatan saluran air, villa dan pemandian umum. Disebutkan bahwa 235 buah dari bangunan itu dibangun dibawah koordinator Sinan, seorang arsitek asal Anatolia.
Dalam hal pembangunan dan seni arsitek, Turki Usmani telah mengahasilkan keindahan-keindahan yang tinggi nilainya, dan bercorak khusus sehingga membedakan dengan peradaban dan kebudayaan daulah Islam lainnya. (Samsul Munir Amin: 2009)
Bidang Sosial Dan Ekonomi
Keberhasilan Turki Usmani dalam memperluaskekuasaan dan penataan politik yang rapi berimplikasi pada kemajuan sosial ekonomi negara, tercatat beberapa kota industri pada waktu itu antara lain :
a. Mesir yang memperoleh produksi kain sutra dan katun
b. Anatoli memproduksi bahan tekstil dan wilayah pertanian yang subur.
Kota Anatoli merupakan kota perdagangan yang penting di rute Timur dalam perindustrian hasil industri dan pertanian di Istambul, Polandia dan Rusia. Para pedagang dari dalam maupun luar berdatangan sehingga wilayah Turki menjadi pusat perdagangan dunia pada saat itu. (Ahmad Fadlali: 2009)
Bidang Keagamaan
Dalam tradisi masyarakat Turki, agama merupakan sebuah faktor penting dalam transformasi sosial dan politik seluruh masyarakat. Masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dalam syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Ulama memiliki peranan penting dalam kerajaan dan masyarakat. Mufti sebagai pejabat urusan agama tertinggi berwenang memberi fatwa resmi terhadap poblema keagamaan yang dihadapi masyarakat. Tanpa legitimasi Mufti, keputusan hukum kerajaan bisa tidak berjalan.
Kehidupan keagamaan pada masyarakat Turki Usmani mengalami keajuan, termasuk dalam hal ini adalah kehidupan tarekat. Tarekat yang berkembang ialah tarekat Bektasyi, dan tarekat Maulawi. Kedua tarekat ini banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi memiliki pengaruh yang sangat dominan dikalangan Yeniseri, sehingga mereka sering disebut tentara Bektasyi. Sementara tarekat Maulawi mendapat dukungan dari para penguasa dalam mengimbangi Yenisseri Bektasyi.
Kajian mengenai ilmu-ilmu keagamaan Islam, sperti fiqh, ilmu kalam, tafsir dan hadist boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti. Para penguasa lebih cenderung untuk menegakkan satu faham (madzhab) keagamaan dan menekan madzhab lainnya. Sultan Abdul Hamid misalnya, begitu fanatik terhadap aliran Al-Asy’ariah. Ia merasa perlu mempertahankan aliran tersebut dari kritikan aliran lain. Sultan memerintahkan kepada Syaikh Husein Al-Jisr Ath-Tharablusi menulis kitab Al-Husun Al-Hamidiyah (Benteng Pertahanan Abdul Hamid), yang mengupas tentang masalah ilmu kalam, untuk melestarikan aliran yang dianutnya. Akibat kelesuan dibidang keagamaan dan fanatik yang berlebihan maka ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya menulis buku dalam bentuk syarah (penjelasan) dan hasyiyah (semacam catatan) terhadap karya-karya klasik.
Bagaimanapun, kerajaan Turki Usmani banyak berjasa, terutama dalam perluasan wilayah kekuasaan Islam ke benua Eropa. Ekspansi kerajaan ini untuk pertama kalinya lebih banyak ditujukan ke Eropa Timur yang belum masuk dalam wilayah kekuasaan dan agama Islam. Akan tetapi, karena dalam bidang peradaban dan kebudayaan kecuali dalam hal yang bersifat fisik, perkembangannya jauh berada dibawah kemajuan politik, maka negeri-negeri yang sudah ditaklukan itu akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan pusat, dan perjalanan dakwah belum berhasil dengan maksimal. (Samsul Munir Amin: 2009)
Posting Komentar untuk "Kemajuan Peradaban Islam di Turki Pada Masa Kesultanan Utsmaniyah"