Peradaban Dinasti Tukri Utsmaniyah (Ottoman), Awal Berdiri Hingga Keruntuhannya
Indepedensi dari khalifah Abbasiyah mulai ditunjukkan secara lebih jelas oleh Dinasti Danisymandiyah (1671 M-1177 M) dan Qaramaniyah (1256 M-1483 M). Setelah hancurnya Baghdad ditanan Bangsa Mongol, orang-orang Turki semakin mempertegas kemandirian mereka dalam membangun kekuasaannya sendiri, seperti yang dilakukan oleh Turki Usmani (1281 M-1924 M). Bahkan pengaruh dinasti tersebut menjangkau wilayah yang sangat luas, termasuk Eropa Timur, Asia Kecil, Asia Tengah, Timur Tengah, Mesir dan Afrika Timur.
![]() |
Wilaayah Kekuasaan Kesultanan Usmaniyah |
Munculnya dinasti Usmani di Turki terjadi pada saat dunia Islam mengalami fragmentasi kekuasaan pada periode kedua dari pemerintahan Abbasiyah (kira-kira abad ke-9). Sebelum itu, sekalipun telah ada kekuasaan Bani Umayyah di Andalusia (755 - 1031 M), fregmentasi itu semakin menjadi sejak abad ke-9 M. Pada abad itu muncul berbagai dinasti seperti Bani Aghlab di Kairawan (800 - 900 M), Bani Thulun di Mesir (858 - 905 M), Bani saman di Bukhara (874 M - 1001 M) dan Bani Buwaih di Baghdad dan Syiraz (932 - 1000 M).
Kerajaan Usmani (Ottoman) berkuasa secara meluas di Asia Kecil sejak munculnya pembina dinasti ini yaitu Ottoman, pada tahun 1306 M. Golongan Ottoman mengambil nama mereka dari Usman I (1290 - 1326 M), pendiri kerajaan ini dan keturunannya berkuasa sampai 1922.
Diantara negara muslim Turki Usmani yang dapat mendirikan kerajaan yang paling besar serta paling lama berkuasa. Pada masa Sultan Usman, orang Turki bukan hanya merebut negara-negara Arab, tetapi juga seluruh daerah anrah Kaukasus dan kota Wina. Dari Istambul, ibukota kerajaan itu, mereka menguasai daerah-daerah disekitar laut tengah dan berabad-abad lamanya Turki merupakan faktor penting dalam perhitungan ahli-ahli politik di Eropa Barat.
Dinasti Turki Usmani merupakan kekhalifahan Islam yang mempunyai pengaruh besar dalam peradaban didunia Islam. Dan dalam makalah ini kami akan menggali hal-hal penting yang berkenaan dengan peradaban Islam dinasti Usmani di Turki.
Adapun pendiri daripada kerajaan Usmani yakni bangsa Turki dari kabilah Oghus yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri China. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah.
Dibawah tekanan serangan Mongol pada abad ke 13, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian ditengah-tengah saudara mereka, orang-orang Turki Saljuk, di dataran tinggi Asia Kecil.
Di bawah pimpinan Ertoghul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II, Sultan Saljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka membina wilayah barunya dan memilih kota Syuhud sebagai ibukota.
Tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Saljuk dan Sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Saljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Usmani kemudian menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah Kerajaan Usmani dinyatakan berdiri.
Penguasa pertama adalah Usman yang disebut juga dengan Usman I. Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Usman (Raja besar keluarga Usman) tahun 699 H (1300 M) setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian tahun 1326 M dijadikan sebagai ibukota kerajaan Turki Usmani.
Pada masa pemerintahan Orkhan (1326-1359 M) Turki Usmani dapat menaklukan Azumia (1327 M), Tasasyani (1330 M), Uskandar (1328 m), Ankara (1354 M), dan Gallipoli (1356 M). Daerah ini adalah bagian bumi Eropa yang pertama kali diduduki Kerajaan Usmani.
Ketika Murad I berkuasa (1359 M-1389 M) selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah kebenua Eropa. Ia dapat menaklukan Adrianopel, Mecedonia, Sopia, Salonia dan seluruh wilayah bagian utara Yunani. Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani. Pasukan ini dipimpin oleh Sijisman, raja Hongaria. Namun Sultan Bayazid I (1389 M-1403 M) pengganti Murad I dapat menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropa tersebut. Peristiwa ini merupakan catatan sejarah yang sangat gemilang bagi umat Islam. (Samsul Munir Amin: 2000)
Ekspansi kerajaan Usmani sempat terhenti beberapa lama. Ketika ekspansi diarahkan ke Kostantinopel, tentara Mongol yang dipimpin Timur Lenk melakukan serangan ke Asia Kecil. Pertempuran hebat terjadi di Ankara tahun 1402 M. Tentara Turki Usmani mengalami kekalahan. Bayazid bersama putranya, Musa tertawan dan wafat dalam tawanan tahun 1403 M.
Kekalahan Bayazid di Ankara itu membawa akibat buruk bagi Turki Usmani. Penguasa-penguasa Saljuk di Asia Kecil melepaskan diri dari genggaman Turki Usmani. Wilayah-wilayah Serbia dan Bulgaria juga memproklamasikan kemerdekaan. Dalam pada itu, putra-putra Bayazid saling berebut kekuasaan. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I (1403-1421 M) dapat mengatasinya. Sultan Muhammad berusaha keras menyatukan negaranya dan mengembalikan kekuatan dan kekuasaan seperti sedia kala.
Setelah Timur Lenk meninggal dunia pada tahun 1405 M, kesultanan Mongol dipecah dan dibagi-bagi kepada putra-putranya yang satu sama lain saling berselisih. Kondisi ini dimanfaatkan oleh penguasa Usmani untuk melepaskan diri dari kekuasaan Mongol. Namun, pada saat seperti itu juga terjadi perselisihan antara putra-putra Bayazid (Muhammad, Isa, dan Sulaiman). Setelah sepuluh tahun perebutan kekuasaan terjadi, akhirnya Muhammad berhasil mengalahkan saudara-saudaranya. Usaha Muhammad yang pertama kali ialah mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar keamanan dalam negeri. Usahanya ini diteruskan oleh Murad II (1421-1451 M), sehingga Turki Usmani mencapai puncak kemajuannya pada masa Muhammad II atau biasa disebut Muhammad Al-Fatih (1451-1484 M).
Usmani mencapai gemilangnya pada saat kerajaan ini dapat menaklukan pusat peradaban dan pusat agama Nasrani di Bizantium, yaitu Kostantinopel. Sultan Muhammad II yang dikenal dengaan Sultan Muhammad Al-Fatih (1451 - 1484M) dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukan Kostantinopel pada tahun 1453 M.
Ibukota Bizantium itu akhirnya dapat ditaklukan oleh pasukan Islam di bawah Turki Usmani pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II yang bergelar Al-Fatih, "sang penakluk". Telah berulang kali pasukan muslim sejak masa Umayyah berusaha menaklukan Kostantinopel, tetapi selalu gagal karena kokohnya benteng di kota tua itu.
Dengan terbukanya kota Kostantinopel sebagai benteng pertahanan terkuat Kerajaan Bizantium, lebih memudahkan arus ekspansi Turki Usmani ke benua Eropa. Dan wilayah Eropa bagian timur semakin terancam oleh Kerajaan Usmani karena ekspansi Usmani juga dilakukan ke wilayah ini, bahkan sampai ke pintu gerbang kota Wina, Austria.
Akan tetapi, ketika Sultan Salim I (1512 - 1520 M) naik tahta menjadi sultan, ia mengalihkan perhatian ke arah timur dengan menaklukan Persia, Syiria, dan Dinasti Mamalik di Mesir. Usaha Sultan Salim ini diteruskan oleh Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520 - 1566 M). Sulaiman berhasil menaklukkan Irak, Belgrado, pulau Rhodes, Tunis, Budhapest dan Yaman. Dengan demikian, luas wilayah Turki Usmani pada masa Sultan Sulaiman Al-Qanuni mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Syiria, Hijaz dan Yaman di Asia, Mesir, Libia, Tunis dan Aljazair di Afrika, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa.
Setelah Sultan Sulaiman meninggal terjadilah perebutan kekuasaan antara putra-putranya, yang menyebabkan kerajaan Utsmani mulai mundur. Akan tetapi, meskipun mengalami kemunduran, kerajaan ini untuk beberapa abad masih dipandang sebagai negara yang kuat, terutama dalam bidang militer. Kerajaan Utsmani yang memerintah hampir tujuh abad lamanya (1299 - 1924 M), diperintah oleh 38 sultan.
Kejayaan kerajaan Usmani dialami pada abad ke-16, ketika Dinasti Usmani mencapai kejayaannya sehingga daerah kekuasaannya itu membentang dari selat Persia di Asia sampai ke pintu gerbang kota Wina dan dari laut Gaspienne di Asia sampai ke Aljazair di Afrika Barat. Penduduk Dinasti Turki Usmani terdiri dari bangsa Eropa yang berasal dari Hongaria dan bahkan beragam Nasrani.
Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Usmani yang demikian luas dan belangsung dengan cepat itu diikuti pula oleh kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam aspek peradabannya.
Kerajaan Usmani (Ottoman) berkuasa secara meluas di Asia Kecil sejak munculnya pembina dinasti ini yaitu Ottoman, pada tahun 1306 M. Golongan Ottoman mengambil nama mereka dari Usman I (1290 - 1326 M), pendiri kerajaan ini dan keturunannya berkuasa sampai 1922.
Diantara negara muslim Turki Usmani yang dapat mendirikan kerajaan yang paling besar serta paling lama berkuasa. Pada masa Sultan Usman, orang Turki bukan hanya merebut negara-negara Arab, tetapi juga seluruh daerah anrah Kaukasus dan kota Wina. Dari Istambul, ibukota kerajaan itu, mereka menguasai daerah-daerah disekitar laut tengah dan berabad-abad lamanya Turki merupakan faktor penting dalam perhitungan ahli-ahli politik di Eropa Barat.
Dinasti Turki Usmani merupakan kekhalifahan Islam yang mempunyai pengaruh besar dalam peradaban didunia Islam. Dan dalam makalah ini kami akan menggali hal-hal penting yang berkenaan dengan peradaban Islam dinasti Usmani di Turki.
Adapun pendiri daripada kerajaan Usmani yakni bangsa Turki dari kabilah Oghus yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri China. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah.
Dibawah tekanan serangan Mongol pada abad ke 13, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian ditengah-tengah saudara mereka, orang-orang Turki Saljuk, di dataran tinggi Asia Kecil.
Di bawah pimpinan Ertoghul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II, Sultan Saljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka membina wilayah barunya dan memilih kota Syuhud sebagai ibukota.
Tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Saljuk dan Sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Saljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Usmani kemudian menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah Kerajaan Usmani dinyatakan berdiri.
Penguasa pertama adalah Usman yang disebut juga dengan Usman I. Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Usman (Raja besar keluarga Usman) tahun 699 H (1300 M) setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian tahun 1326 M dijadikan sebagai ibukota kerajaan Turki Usmani.
Pada masa pemerintahan Orkhan (1326-1359 M) Turki Usmani dapat menaklukan Azumia (1327 M), Tasasyani (1330 M), Uskandar (1328 m), Ankara (1354 M), dan Gallipoli (1356 M). Daerah ini adalah bagian bumi Eropa yang pertama kali diduduki Kerajaan Usmani.
Ketika Murad I berkuasa (1359 M-1389 M) selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah kebenua Eropa. Ia dapat menaklukan Adrianopel, Mecedonia, Sopia, Salonia dan seluruh wilayah bagian utara Yunani. Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani. Pasukan ini dipimpin oleh Sijisman, raja Hongaria. Namun Sultan Bayazid I (1389 M-1403 M) pengganti Murad I dapat menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropa tersebut. Peristiwa ini merupakan catatan sejarah yang sangat gemilang bagi umat Islam. (Samsul Munir Amin: 2000)
Ekspansi kerajaan Usmani sempat terhenti beberapa lama. Ketika ekspansi diarahkan ke Kostantinopel, tentara Mongol yang dipimpin Timur Lenk melakukan serangan ke Asia Kecil. Pertempuran hebat terjadi di Ankara tahun 1402 M. Tentara Turki Usmani mengalami kekalahan. Bayazid bersama putranya, Musa tertawan dan wafat dalam tawanan tahun 1403 M.
Kekalahan Bayazid di Ankara itu membawa akibat buruk bagi Turki Usmani. Penguasa-penguasa Saljuk di Asia Kecil melepaskan diri dari genggaman Turki Usmani. Wilayah-wilayah Serbia dan Bulgaria juga memproklamasikan kemerdekaan. Dalam pada itu, putra-putra Bayazid saling berebut kekuasaan. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I (1403-1421 M) dapat mengatasinya. Sultan Muhammad berusaha keras menyatukan negaranya dan mengembalikan kekuatan dan kekuasaan seperti sedia kala.
Setelah Timur Lenk meninggal dunia pada tahun 1405 M, kesultanan Mongol dipecah dan dibagi-bagi kepada putra-putranya yang satu sama lain saling berselisih. Kondisi ini dimanfaatkan oleh penguasa Usmani untuk melepaskan diri dari kekuasaan Mongol. Namun, pada saat seperti itu juga terjadi perselisihan antara putra-putra Bayazid (Muhammad, Isa, dan Sulaiman). Setelah sepuluh tahun perebutan kekuasaan terjadi, akhirnya Muhammad berhasil mengalahkan saudara-saudaranya. Usaha Muhammad yang pertama kali ialah mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar keamanan dalam negeri. Usahanya ini diteruskan oleh Murad II (1421-1451 M), sehingga Turki Usmani mencapai puncak kemajuannya pada masa Muhammad II atau biasa disebut Muhammad Al-Fatih (1451-1484 M).
Usmani mencapai gemilangnya pada saat kerajaan ini dapat menaklukan pusat peradaban dan pusat agama Nasrani di Bizantium, yaitu Kostantinopel. Sultan Muhammad II yang dikenal dengaan Sultan Muhammad Al-Fatih (1451 - 1484M) dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukan Kostantinopel pada tahun 1453 M.
Ibukota Bizantium itu akhirnya dapat ditaklukan oleh pasukan Islam di bawah Turki Usmani pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II yang bergelar Al-Fatih, "sang penakluk". Telah berulang kali pasukan muslim sejak masa Umayyah berusaha menaklukan Kostantinopel, tetapi selalu gagal karena kokohnya benteng di kota tua itu.
Dengan terbukanya kota Kostantinopel sebagai benteng pertahanan terkuat Kerajaan Bizantium, lebih memudahkan arus ekspansi Turki Usmani ke benua Eropa. Dan wilayah Eropa bagian timur semakin terancam oleh Kerajaan Usmani karena ekspansi Usmani juga dilakukan ke wilayah ini, bahkan sampai ke pintu gerbang kota Wina, Austria.
Akan tetapi, ketika Sultan Salim I (1512 - 1520 M) naik tahta menjadi sultan, ia mengalihkan perhatian ke arah timur dengan menaklukan Persia, Syiria, dan Dinasti Mamalik di Mesir. Usaha Sultan Salim ini diteruskan oleh Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520 - 1566 M). Sulaiman berhasil menaklukkan Irak, Belgrado, pulau Rhodes, Tunis, Budhapest dan Yaman. Dengan demikian, luas wilayah Turki Usmani pada masa Sultan Sulaiman Al-Qanuni mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Syiria, Hijaz dan Yaman di Asia, Mesir, Libia, Tunis dan Aljazair di Afrika, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa.
Setelah Sultan Sulaiman meninggal terjadilah perebutan kekuasaan antara putra-putranya, yang menyebabkan kerajaan Utsmani mulai mundur. Akan tetapi, meskipun mengalami kemunduran, kerajaan ini untuk beberapa abad masih dipandang sebagai negara yang kuat, terutama dalam bidang militer. Kerajaan Utsmani yang memerintah hampir tujuh abad lamanya (1299 - 1924 M), diperintah oleh 38 sultan.
Kejayaan kerajaan Usmani dialami pada abad ke-16, ketika Dinasti Usmani mencapai kejayaannya sehingga daerah kekuasaannya itu membentang dari selat Persia di Asia sampai ke pintu gerbang kota Wina dan dari laut Gaspienne di Asia sampai ke Aljazair di Afrika Barat. Penduduk Dinasti Turki Usmani terdiri dari bangsa Eropa yang berasal dari Hongaria dan bahkan beragam Nasrani.
Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Usmani yang demikian luas dan belangsung dengan cepat itu diikuti pula oleh kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam aspek peradabannya.
Posting Komentar untuk "Peradaban Dinasti Tukri Utsmaniyah (Ottoman), Awal Berdiri Hingga Keruntuhannya"