Sifat Qonaah dalam Pandangan Al-Quran dan Hadis
Selanjutnya qana’ah secara bahasa dapat juga diartikan sebagai ridho, sedangkan menurut istilah ialah menerima ketika dalam ketiadaan. Sesungguhnya Allah telah menjadikan bumi ini sebagai tempat tinggal bagi kita selaku hamba Allah. Dan apa yang ada diatas bumi ini seperti pakaian, makanan, minuman, pernikahan dan lain-lain merupakan santapan badan kita yang sedang berjalan kepada Allah. Barangiapa di antara manusia yang memanfaatkan semua itu menurut kemaslahatannya dan sesuai dengan yang diperintahkan Allah, maka itu adalah perbuatan yang terpuji. Dan barangsiapa yang memanfaatkannya melebihi apa yang dia butuhkan karena tuntutan kerakusan dan ketamakan maka dia pantas untuk dicela.
Rasulullah mengajarkan kita untuk ridha dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah swt., baik itu berupa nikmat kesehatan, keamanan, maupun kebutuhan harian. Qona’ah adalah gudang yang tidak akan habis. Sebab, Qona’ah adalah kekayaan jiwa. Dan kekayaan jiwa lebih tinggi dan lebih mulia dari kekayaan harta. Kekayaan jiwa melahirkan sikap menjaga kehormatan diri dan menjaga kemuliaan diri, sedangkan kekayaan harta dan tamak pada harta melahirkan kehinaan diri.
Diantara sebab yang membuat hidup tidak tentram adalah terperdayanya diri oleh kecintaan kepada harta dan dunia. Orang yang diperdaya harta akan senantiasa merasa tidak cukup dengan apa yang dimilikinya. Akibatnya,dalam apa yang dirinya lahir sikap-sikap yang mencerminkan bahwa ia sangat jauh dari rasa syukur kepada Allah,Sang Maha Pemberi Rezeki itu sendiri. Rasulullah saw. bersabda.
لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ ذَهَبٍ لَابْتَغَى الثَّالِثَ وَلَا يَمْلَأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ رواه احمد
Artinya ; Seandainya anak Adam mempunyai dua lembah (terisi) dari emas, pasti ia mengingkinkan lembah ketiga; tidak ada yang mengisi perut anak Adam kecuali tanah, serta Allah meneriman taubatnya orang yang mau kembali kepada-Nya. (H.R. Ahmad)
Ia merasa justru kenikmatan yang dia peroleh adalah murni semata hasil keringatnya, tak ada kesertaan Allah. Orang-orang yang terlalu mencintai kenikmatan dunia akan selalu terdorong untuk memburu segala keinginannya meski harus menggunakan segala cara: kelicikan, bohong, mengurangi timbangan dan sebaginya. Ia juga tidak pernah menyadari, sesungguhnya harta hanyalah ujian sebagaimana firman Allah.
فَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ ضُرٌّ دَعَانَا ثُمَّ إِذَا خَوَّلْنَاهُ نِعْمَةً مِنَّا قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ ۚ بَلْ هِيَ فِتْنَةٌ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku". Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui. (Q.S. Azumar: 49)
Ayat tersebut mengindikasikan adanya orang –orang yang tidak tepat dalam menyikapi harta dan dunia yang diberikan kepadanya.Ia menyangka,ketentraman hidup ditentukan oleh banyak dan tidaknya harta yang dimiliki besar kecilnya tempat tinggal,tinggi rendahnya kedudukan dan pangkat yang disandangnya.
Rasulullah saw adalah seorang yang sempurana akal dan budi pekertinya, sehingga dalam firmanNya Allah swt memuji serta agar manusia mengambil suri tauladan dari beliau, firman Allah;
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S al-Ahzab: 21)
Salah satu sifat terpuji yang dimiliki beliau adalah sifat Qana’ah, yaitu menerima dengan suka hati dan Ridha atas apa-apa yang diberikan Allah kepada beliau, beliau mengajarkan kepada kita bagaimana kita harus bersikap terhadap harta, yaitu menyikapi harta dengan sikap Qana’ah (kepuasan dan kerelaan). Sikap Qana’ah ini seharusnya dimiliki oleh orang yang kaya maupuan orang yang miskin adapun wujud Qana’ah yaitu merasa cukup dengan pemberian Allah, tidak tamak terhadap apa yang dimiliki manusia, tidak iri melihat apa yang ada di tangan orang lain dan tidak rakus mencari harta benda dengan menghalalkan semua cara, sehingga dengan semua itu akan melahirkan rasa puas dengan apa yang sekedar dibutuhkan. Sabda Nabi saw :
عن ابى هرىرة رضى الله عنه عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : ليس الغنى عن كثرة العرض ولكن الغنى غنى النفس. متفق عليه
Artinya: Abu Hurairah R.A berkata, bersabda Nabi SAW, "bukannya kekayaan itu karena banyaknya harta dan benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya ialah kekayaan hati." (Muttafaqun Alaih)
Diceritakan bahwa ketika sahabat Umar bin al-Khottob melihat apa yang telah dicapai oleh orang-orang dari kekayaan dunia, ia berkata ;saya telah melihat rasulullah adakalanya sehari penuh lapar dan tidak menemukan walaupun buah kurma yang paling buruk untuk mengisi perutnya.
Perbuatan Qana’ah yang dapat kita lakukan misalnya puas terhadap apa yang kita miliki saat ini, Maka hendaklah dalam masalah keduniaan kita melihat orang yang di bawah kita, dan dalam masalah kehidupan akhirat kita melihat orang yang di atas kita. Hal ini sebagaimana telah ditegaskan Rasulullah dalam sebuah hadits:
عن ابى هريرة رضى الله عنه : قال رسول الله صلعم. انظروا الى من اسفل منكم, ولا تنظروا الى من هو فوقكم فهو اجدر ان لا تزدروا نعمة الله عليكم. متفق عليه
Artinya: Lihatlah orang yang dibawah kalian dan janganlah melihat orang di atas kalian, karena yang demikian itu lebih layak bagi kalian agar kalian tidak memandang hina nikmat Allah yang dilimpahkan kepada kalian. (Muttafaqun Alaih)
Maksudnya dalam hal dunia kami diajarkan memperhatikan orang yang lebih rendah, supaya dapat menghindarkan kerisauan hati dan sifat tamak, tetapi dalam hal akhlak dan budi pekerti serta ketaatan kepada allah harus melihat kepada orang yang lebih taat, dan berbudi dari kamu, untuk menimbulkan rasa keinginan menambah ketaatan, dan bakti kepada allah.
Posting Komentar untuk "Sifat Qonaah dalam Pandangan Al-Quran dan Hadis"